Muhammad Arief

Muhammad Arief adalah seorang seniman Angklung Caruk khas Osing yang berasal dari Banyuwangi dan menciptakan tiga lagu pada masa Pendudukan Jepang. Dari ketiga lagu tersebut, Genjer-Genjer merupakan lagu yang paling populer.


Muhammad Arief diperkirakan lahir pada tahun 1904 atau 1905 dan dia berasal dari keluarga santri. Dia adalah seorang petani dan seniman angklung. Pada masa Pendudukan Jepang, masyarakat Banyuwangi mengalami penderitaan yang lebih parah dibandingkan masa-masa sebelumnya. Melihat kondisi seperti ini, Muhammad Arief menyindir Jepang dengan menciptakan sebuah lagu. Dia membuat lagu yang berjudul Genjer-Genjer pada tahun 1953 dimana liriknya diambil dari lagu dolanan Tong Alak Gentak.[1][2]


Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Muhammad Arief bergabung dengan organsasi Pesindo. Pada tahun 1950an, dia bergabung dengan Lekra dan menjabat sebagai ketua bidang kesenian. Semenjak bergabung dengan Lekra, Muhammad Arief mendirikan sebuah grup angklung yang bernama Seni Rakyat Indonesia Muda. Grup Srimuda sering tampil dengan lagu Genjer-Genjernya di acara PKI di Jakarta, Surabaya, dan Semarang dan juga di Banyuwangi setiap Njoto dan D.N Aidit berkunjung. Tidak hanya membentuk Srimuda, Muhammad Arief juga mendirikan kelompok kesenian angklung di hampir setiap desa di Banyuwangi.[3] Pada tahun 1955, dia terpilih dan diangkat sebagai anggota DPRDGR TKII Banyuwangi dari perwakilan golongan karya seniman.[4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Manuk Dadali: Melodi Legendaris yang Mengangkat Semangat dan Keindahan Budaya Sunda"

"Lagu 'Manuk Dadali' adalah lagu tradisional dari Jawa Barat yang menggambarkan simbol kekuatan dan kebanggaan. Dengan melodi y...